Kalau aku ingin dia
tinggal, maka yang terjadi kelak pasti akan sebaliknya. Jka kalian bertanya
mengapa bisa begitu, maka aku akan dengan enteng menjawab : karena setiap
keinginanku adalah kutukan yang tidak akan pernah bertemu ujungnya. Kehadiranku
bisa jadi adalah sebuah kutukan pula bagi kedua orang tuaku,atau mungkin
terjadi kesalahan pada saat Dia mengurusku dulu. Sehingga jadilah aku sekarang ini, manusia
penuh kutukan.
Sebisa mungkin aku
melupakan mimpi-mimpi besarku dulu supaya aku tidak menelan pahit di akhirnya,
dan mencoba hidup santai dan mengalir saja, namun keinginan untuk merebut
mimpi-mimpi itu dari dunia khayal tetap tak mau hiang. Tak terkecuali dengan
keinginan itu. Pada awalnya, sebisa mungkin aku menetralkan perasaan padanya,
namun sekarang setelah beratus-ratus hari kulewati, keinginan untuk bersamanya
semakin kuat. Keinginan itu menembus liar batas khayalku. Aku ingin dia
tinggal, aku ingin dia yang jadi adam yang selama ini kurindukan. Allah kau
dengarkah?
Tak ada yang melihatku
dengan hatinya kecuali dia. Dia adalah manusia terbodoh yang kutemukan di dunia
ini. Bagaimana bisa dia memilih manusia macam aku sebagai calon pendamping
hidupnya kelak? Bagiku dia bukan manusia biasa yang kehidupannya hanya berjalan
statis seperti kehidupanku, dia manusia unggulan. Sejak Dia mempertemukanku
dengannya, hidupku berubah.
Jika dulu pembagian
kelompok fisika tidak seperti itu, maka aku tidak akan pernah dekat dengannya.
Atau jika dulu aku tidak memilih jurusan baru ini, dan memilih untuk menjadi
ahli gizi nantinya, maka aku juga tidak akan pernah bertemu dengannya. Atau
jika nilainya mencukupi untuk masuk institut terbaik bangsa, maka bisa jadi aku
tidak akan pernah bertemu dia selamanya. Bukankah itu semua sudah diatur
olehnya? Jalanku, jalannya telah
diatur sedemikian rupa olehNya sehingga aku bisa sampai pada koordinat jalannya, jalan kita sekarang. Aku
yang memilih jurusan kacau ini, padahal prospek gizi tidak main-main bagusnya.
Dia yang nilanya tidak mencukupi untuk masuk institut terbaik bangsa, pada
akhirnya diterima juga di jurusan kacau ini. Dan terakhir adalah kelompok
praktikum fisika, yang membuat jalanku dan jalannya semakin terhubung.
Seperti layaknya
pertemuan pada umumnya, pertemuanku dengannya pasti akan bertemu perpisahan
pada akhir ujungnya. Namun bolehkah, aku, manusia penuh kutukan ini berharap
perpisahanku dan dia itu hanyalah
maut? Sekali lagi Allah kau dengarkah? Manusia kutukanmu ini benar-benar
serakah, dia benar-benar jatuh cinta pada manusia yang tak sepadan dengannya.