Jangan
pernah tanya mengapa kau dilahirkan dengan begitu banyak kekurangan, bahkan
sampai kau setua ini mungkin masih tidak tahu kelebihan apa yang tersimpan
dalam diri hina mu (sebenarnya ini menceritakan tentang aku). Jangan pernah
tanya mengapa, karena itu sama saja kau menghujat Dia, Dia yang selalu
memberimu kehidupan yang
berjalan normal. Tetapi mengapa kau tetap saja bertanya mengapa? Pikirkan
orang-orang yang hidupnya lebih susah dibandingkan hidupmu. Pikirkan kehidupan
orang yang bahkan untuk kelangsungan hidupnya beberapa jam ke depan saja harus
memutar otak ekstra keras dan harus berjungkir balik tanpa tentu arah.
Membicarakan masalah orang yang hidupnya lebih susah aku punya suatu cerita yang mungkin hanya aku saja yang bilang cerita itu menarik. Karena kemarin aku coba ceritakan pada seseorang, tapi orang itu malah tanggapannya biasa. Sadar gak sih, padahal aku bersusah payah menahan marah, tapi malah tanggapan yang diberikan malah biasa. Hahaaa sudahlah itu masalah lain. Kembali ke orang yang hidupnya lebih susah, kemarin adalah hari yang luar biasa menguras energiku. Emosiku tak tertahan, aku berkali-kali mendapati pandanganku tiba-tiba mengabur. Lalu mana orang yang hidupnya lebih susah? Ini dia, sebentar lagi juga pasti akan aku ceritakan :).
Jadi di saat emosiku sedang labil seperti kemarin, aku paling suka shalat. Karenanya ketika telah bosan menunggu di stasiun selama berjam-jam, aku akhirnya mencari makan dan beli pulsa. Setelah itu aku mencari masjid karena sampai jam 2 lewat aku belum shalat dhuzur. Setelah selesai shalat, aku menunggu sampai waktu ashar tiba. Toh juga sebentar lagi ashar tiba. Selang tak beberapa lama adzan ashar tiba, setelah adzan selesai aku dikejutkan oleh seorang ibu-ibu yang hampir tua, jadi sudah pantas disebut mbah sih. Oke, kemudian mbah-mbah itu bertanya
“apakah di mushola ini ada rukuh yang bisa dipakai?”
Lalu aku jawab
“pintu
mushola sedang digembok, jadi seandainya ada pun mbah juga tidak akan bisa
meminjamnya.”
Setelah itu mbah itu bilang lagi
“kalau
begitu saya akan shalat tanpa memakai rukuh karena memang keadaannya mendesak.”
Kontan saja aku langsung menawarkan rukuhku untuk dipinjamnya. Eh ternyata jawabannya di luar dugaan, mbah itu bilang
“makasih yaa, anda telah meringankan beban saya.”
Aku Cuma bisa bales
iya gapapa mbah.”
Segera setelah selesai shalat, aku mengangsurkan rukuhku pada si mbah itu. Singkatnya, setelah mbah itu selesai shalat dan melipat rukuhku kemudian mengembalikannya, mbah itu bilang lagi
“makasih yaa, anda telah meringankan
beban saya. Semoga dibalas oleh yang Kuasa.”
“sama-sama, iya amin mbah.”
Disaat mbah itu berterima kasih sambil mengucapkan doa, disaat yang bersamaan temanku yang tidakk sengaja aku temui selesai shalat lalu bilang
“pernah tahu mbah itu sebelumnya gak?”
“gak pernah. Kamu pernah ya?”
“mbah itu yang biasanya ngamen di
kereta.”
Spechless, gak bisa ngomong apa-apa. Makanya kok dari tadi mbah itu mbahas meringankan beban aja, ternyata :o. Aku baru saja meminjamkan rukuhku pada pengamen di kereta dan didoakan, aku gak pernah membayangkan itu sebelumnya, tapi rasanya sungguh apa yaa, tidak bisa dideskripsikan :).