dulu aku sangat
menantikan datangnya dia. dia yang kalem. dia yang alim. dia yang bisa
menegurku ketika aku lupa. dia yang senantiasa membangunkanku setiap malam
untuk mengingat Allah. dia yang selalu mengajakku berpuasa setiap senin dan
kamis. dia yang mengingatkanku ketika aku salah. dia yang bisa mendinginkan
hatiku jika aku marah. dia yang mendekapku saat aku lelah. dia yang menghapus
air mataku ketika tak kuasa aku menahannya. aku merindukannya setiap saat. aku
menunggunya datang setiap waktu. aku menunggunya dari mulai lelah sampai aku
menjadi sangat lelah. dia... tak datang juga.
aku menjaga semua
yang ada di diriku hanya untuk kuhadiahkan padanya, tapi dia tak kunjung
datang. setiap malam kuhabiskan untuk menangis, merengek, dan meminta padaNya
untuk menunjukkan titik pusatku pada dia. menunjukkan jalan menuju koordinatku.
mungkin dia telah
menemukanku ?
tak lama
berselang, aku mendapati diriku seperti di alam mimpi. aku bertemu dengan
seseorang yang dengannya aku selalu merasakan semua hal di dunia ini adalah
baru. dia membuatku merasa menjadi manusia yang benar-benar menusia. dia
membuatku bebas menceritakan ceritaku tentangku, kebiasaanku, kesukaan dan
ketidaksukaanku pada sesuatu, dan cerita sehari-hari yang sesungguhnya biasa.
dia melindungi dan menjagaku saat sosok ayah jarang terlihat di tanah rantau
ini. dia selalu memenuhi semua keinginanku. dengannya tidak ada hal yang tidak
mungkin. dia membuatku merasa penting dan berpengaruh. dia membuatku merasa
berbeda. dia membuatku merasa...sempurna.
sejak bertemu
dengannya aku selalu berdoa, semoga dia yang menemukanku sekarang adalah dia
yang sama dengan dia yang kuidam-idamkan sejak lama.
tak lama setelah
aku bertemu dengannya, dia mulai bertanya padaku tentang sesuatu yang tak
pernah kumengerti. dia mengajakku tinggal ke dalam kehidupannya, bukan hanya
sekedar berkunjung. akhirnya dengan pertimbangan alam bawah sadarku yang
memakan waktu sangat lama, sesuatu yang seharusnya kujaga hanya untuk seseorang
yang benar-benar memintaku melalui orang tuaku, kuberikan padanya. aku
menyanggupi permintaannya untuk tinggal dalam kehidupannya.
aku atau diakah
yang lebih bodoh ?
aku jelas telah
melakukan kebodohan terbesar dalam hidupku. mengijinkan seseorang yang belum
tentu menjadi dia yang selalu kutunggu datangnya, menarikku masuk dalam segala
sendi kehidupannya. dan aku juga sangat yakin kebodohan ini akan bertambah
besar seiring dengan bertambahnya usiaku dan dia bersama. tapi adakah yang
lebih bodoh daripada aku ? kurasa dia. dia bodoh karena memilihku. aku sering
menggodanya dengan berkata bahwa alasan dia memilihku adalah karena terpaksa
dan sudah tidak kuat sendirian. aku pikir itu ada benarnya. tapi dia selalu
berkata dia memang memiihku karena aku berkualitas. hahaa mungkin dia hanya
menghiburku.
aku memberinya
apresiasi yang sangat tinggi karena telah mampu melihatku dari hatinya, bukan
hanya dari kedua matanya. aku juga memberinya apresiasi karena telah berhasil
menembus pagar tinggi yang telah kubangun untuk menutupi siapa diriku. aku
tidak seperti aku saat dia bersamaku.
bertemu dan
berpisah ?
dia membawa warna baru dalam hidupku. dia
memberi senyuman dan luka, tawa dan tangis, bahagia dan sedih. karena memang
selalu dalam hidup, semua hal diciptakan berpasangan pasangan kan ? bukan
pasangan yang memiliki sifat sama dengan hal itu, tapi lebih kepada sesuatu
yang malah bertentangan. begitu juga dengan pertemuanku dengannya, pasti suatu
saat nanti ada saatnya aku dan dia akan berpisah. hanya saja baik aku maupun
dia sama-sama tidak tahu menahu perihal ini, karena memang ini hanya menjadi
rahasiNya. tapi bolehkah aku meminta padaMu, wahai penguasa seluruh alam
semesta ? aku ingin selalu bersama dia, tak hanya di tempat kita berpijak
bersama saat ini, tetapi juga di sana, di tempat yang rasa bosan tidak diakui
lagi eksistensinya. cukup pisahkan kami sewaktu ruh ini tidak lagi menempel
pada jasadnya. setelah perpisahan itu kumohon pertemukanlah aku dengannya lagi.
aku mohon kabulkanlah inginku ini, sekali saja.
iki baru so sweet.. lanjutkan :3
BalasHapus